Ujung kulon?
Siapa nih yang kira-kira berani ke ujung kulon? Tempat yang paling ujung di pulau jawa ini merupakan permatanya pulau jawa tapi belum populer sebagai tempat wisata. Mungkin karena statusnya sebagai taman nasional, juga jalanannya yang sangat jelek sekali.
Sebagai seorang traveler yang enggak ribet *ciee gitu*, urusan jauh atau jalan jelek enggak masalah asal sebanding dengan pengalaman yang akan saya dapat di sana.
Begitulah kira-kira yang saya pikirkan sampai mengalami sendiri jalanan rusak aduhai dan membuat saya mabok goyangan akibat dari jalanan tidak terurus oleh pemerintah setempat. Karena jalanan yang hancur ini, perjalanan yang seharusnya diperkirakan 6 jam, molor hingga 10 jam. Padahal sudah menggunakan Big Bird yang disediakan special untuk perjalanan ini oleh Blue Bird Group. Mini bus yang tentunya full ac ini, setia dan cukup tangguh di bawa ‘offroad’ ke taman nasional ujung kulon, begitupun bapak supirnya, kita sih enak tidur ayam (karena kebangun mulu setiap kali menghantam lobang di jalanan).

Saya tiba di taman jaya sekitar pukul 8 pagi. Taman jaya merupakan desa terakhir yang bisa kita capai karena setelah desa tersebut menurut pak rawa (bapak yang menyewakan perahunya untuk kita menuju pulau peucang) hanya ada hutan-hutan belantara yang melindungi badak bercula satu. Hewan dengan populasi terbatas ini, menurut informasi hanya tersisa beberapa puluh ekor saja di seluruh dunia. Semoga dihindarkan dari para pemburu liar ya.
Saya dan 24 orang lain hendak menginap di Pulau Handeleum, mengingat penginapan di pulau peucang amat sangat mahal harganya untuk ukuran kami. Jadi, disepakatilah untuk bermalam di pulau handeleum. Toh pulau peucang masih bisa dicapai dengan 2 jam berperahu dari sini. Sedangkan pulau handeleum sendiri dapat ditempuh dengan perjalanan 1 jam dari desa taman jaya.

Pulau handeleum, seperti pulau peucang, dihuni oleh rusa dan monyet liar. Tapi tampaknya, hewan-hewan liar ini sudah akrab dengan keberadaan manusia di area mereka. Kita bahkan bisa memberikan makanan secara langsung tanpa membuat mereka takut. Dengan semangat, hewan-hewan ini menghampir manusia yang mungkin terlihat harmless di mata mereka. Tentu saja, dengan modal ketampanan saya yang tak begitu jauh dari Channing Tatum tidak tampak menakutkan bagi si rusa cantik dengan bulu mata badai ini untuk menghampiri saya begitu dekat. Sepertinya rusa ini terbiasa dengan makan langsung dari tangan pengunjung.
Kami tidak berlama-lama di pulau handeleum, karena itinerary yang telah dibuat mengharuskan kita langsung berangkat ke pulau peucang agar tidak terlalu sore sampai di sana. Tapi, tidak sesuai harapan kami, perjalan menuju pulau peucang di hadang hujan dan ombak besar yang membuat perahu seolah meloncat beberapa kali. Ketakutan sempat melanda, tapi para abk meyakinkan bahwa perjalanan tetap akan aman. Karena tidak ada terpal penutup hujan, tiga orang peserta membuka payungnya sambil nyanyi umbrella – rihanna kemudian joget-joget di tiang kapal *oke itu cuman ada di imajinasi saya*
You know what? Meski sempat dihadang badai tapi bukan badai kerispatih, perjalanan setelah badai usai dikhiasi oleh ikan yang berlompatan, dan burung-burung camar yang mencari makan dengan berisik di tengah laut. Sungguh pemandangan yang tidak biasa bagi kami-kami yang sehari-harinya berkutat dengan kemacetan jakarta. Saya tersenyum, sungguh suka sekali dengan apa yang saya lihat dan alami selama perjalanan. Ombak besar menggulung yang sempat membuat saya takut, menjadi pengalaman fantastis untuk saya kenang. Dan perjalanan yang akhirnya memakan waktu 3 jam ini menghadiahi saya pulau peucang, dengan hamparan pasir putihnya dan air yang begitu bening seolah memanggil saya untuk meloncat berenang, padahal perahu belum menepi ke dermaga. Ah tak apalah, kapan lagi memang bisa ke sini?
PULAU PEUCANG

Pulau peucang yang jauhnya naudzubillah, diberkahi Tuhan dengan pasir yang sangat lembut! Saya berani jamin ini pantai dengan pasir paling lembut yang saya pernah kunjungi. Kaki yang menjejak di permukaannya langsung melesap seolah ditelan. Untuk pantai yang dekat di dermaga, tidak ada coral ataupun bulu babi. Untuk kamu yang berniat snorkeling dapat berjalan sekitar lima belas menit menuju sisi lain pulau yang pantainya ditempati oleh berbagai coral dan anemon laut. Plus, ditemani oleh ikan-ikan yang cukup besar bermain di antaranya. Seru ya? Hihihi..
Untuk diketahui, saya sempat melihat monyet liar di pulau peucang ini menghampiri tas-tas teman saya dan membawa makanan yang ada disitu. Jadi, hati-hati bila kamu menyimpan tas di pantai tersebut. Juga, saya melihat babi hutan berkeliaran dengan santainya. Duh, mereka gak takut apa dijadikan bahan dim sum *ngikik* .
Karena hari semakin larut kami harus pulang sebelum matahari terbenam untuk istirahat di Pulau Handeleum.
PULAU HANDELEUM, PENGINAPAN, DAN SUNGAI CIGENTER
Menginap di pulau terpencil terkadang membuat kita bertanya-tanya, adakah penginapan di sana? Adakah toiletnya? Di mana kita harus mandi? Tenang saja, pulau handeleum sudah di fasilitasi oleh sebuah villa dan beberapa kamar lain yang tersebar di satu area. Kita juga bisa membangun tenda jika memang ingin camping di sana. Area bertenda cukup luas dan ditumbuhi rumput hijau, tapi banyak ‘ranjau’ di sini karena rusa-rusa dan monyet seringkali buang air besar di sana. Yasudah, anggap saja itu mutiara-mutiara yang kepanasan lalu berubah jadi hitam *kemudian mual sendiri*.

Di depan penginapan kami, ada satu saung yang cocok untuk tempat bergalau ria. Menghadap ke pantai dan dikelilingi bakau mati juga pepohonan tinggi. Angin semilir membawa kenangan pahit jauh-jauh dari pikiran. Serta kenangan tentang mantan lalu hilang entah kemana *tapi nanti kenangannya balik lagi pas udah di jakarta #okesip*

Ada juga perahu karam di tepi kanan penginapan yang di sebelahnya ada rel kereta menuju pulau seberang. Tidak ada yang tahu kenapa ada rel kereta tersebut, seenggaknya bapak yang saya tanya sih mengatakan tidak tahu menahu tentang siapa yang membangun dan apa yang dibawa kereta tersebut karena relnya sendiri terendam oleh air laut. Apakah dahulu kala areal tersebut kering kerontang? Mungkinkah dulu rel tersebut digunakan untuk menuju dunia lain? #ToyorJidatSendiri
Selain pulau, pantai dan pemandangan hewan liar, ada kegiatan seru yang bisa kita lakukan di pulau handeleum, yaitu ber-canoe-ria di sungai cigenter. Jaraknya sungai cigenter adalah 20 menit naik perahu dari pulau handeleum. Proses kita naik canoe bukan lewat dermaga, tapi ditengah laut seolah kita ini manusia yang dibajak untuk diculik dan dimakan *duh kebanyakan nonton pilem*. Dan dari tengah laut tersebut kita harus mengayuh kayu untuk ke muara sungai yang hampir tanpa arus ini. Datanglah pagi-pagi karena menuju siang, sungai ini semakin surut sehingga akan sulit dilalui dengan canoe. Menurut bapak di sana, sungi Cigenter memiliki panjang sekitar hampir 3 Kilometer dan dapat dilalui dengan mengayuh canoe selama 3 jam. Seru kan, bisa pitnes sambil ngecilin lemak di otot tangan. Kita juga dapat menepi di tepi sungai ini untuk menuju padang rumput luas yang ditumbuhi berbagai macam tanaman dan pohon besar. Enggak usah dibayangkan, mending langsung datang aja karena pemandangannya sangat indah. Oiya, jika beruntung, kamu bisa melihat badak bercula satu karena sungai cigenter adalah areal tempat badak-badak ini minum atau mandi.


PULANG
Setelah dua hari bertegur sapa dengan keluarga dari spesies lain, kami sudah dilanda kelelahan. Sop ikan kakap yang dibuat penjaga vila dihabiskan tanpa menyisakan piring. Maklum lah kan propinsi banten, udah pada belajar pencak silat yang bisa bikin kuat makan beling kali. Tapi sungguhan, makanannya memang enak, atau mungkin juga karena lapar akut? Yang jelas sih makanan ini mengembalikan energi untuk beranjak berkemas dan pulang ke dermaga.
Pengalaman yang menyenangkan di sini.
Kelak, jika ada waktu, jika jalan sudah lebih halus, jika pengganti Ibu Atut telah lebih memperhatikan akses ke sini. Mungkin saya akan kembali, dengan semangat yang lebih daripada ini.
Traveling makes you a better human being.
Bagi gw, Subhanallah ini adalah Pengalaman yg luar biasa. Gw setuju dengan pendapat kang ifan, perjalanan yg panjang terbayarkan sudah setelah menyaksikan sendiri bagaimana panorama yg luar biasa indah, pantai yg jernih, apalagi satwa yg menghuni di pulau itu seperti binatang kucing piyaraan gw di rumah, Meen ini adalah fenomenal. Babi hutan yg bersahabat, sekawanan rusa yg senang berkunjung ke rmh kami menginap dan sekomplotan monyet yg sering usil mencari makanan disaat tas tas makanan dibiarkan pemiliknya hahaha sayang kita ga ketemu penghuni tetap pulau itu yaitu badak dan banteng. Tp gpp gw sanggat puas.Aseli Meen, gw takjub.
pengen kesan alagi tapi nanti kalau jalannya udah bagus. Sekarang masih jelek banget.
Nggak mampir ke light house-nya Fan?
Enggak mbak. Hujan dan gelap . Ombaknya juga gede
pulau tak berpenghuni, asyik banget, tapi ga bisa jajan 🙂 malam-malam bisa meet up dengan babi. asyik banget…….
hahhahahaha… tapi aku baca koemntarmu kayak bernada sinis gitu. seru loh mas karminnnn
mas ifan, boleh minta kontak person disananya ga?
kita lagi berencana ke peucang, tapi bingung disana kontaknya siapa aja buat penginapan sama kapal dan tour guide nya, ehehehe
kalo boleh di share ke
spyoff@gmail.com
ya…
thnx a lot
halooo.. boleh dong.. langsung email ke savingtour@gmail.com aja, bilang dapat reffer dari ifan
harga penginapan nya di handeleum brp mas? untuk berapa org itu?
thnks
Aku berani kak kesana, maklum aku kan lelaki sejati #plak. Tapi peucang membawa rindu untuk kembali 🙂
Halo Mas Ifan, aku mau tanya dong…tau gak contact penginapan yg di pulau peucangnya?
Trims 🙂
kemaren saya di arrange sama @abbysasih , coba tanya-tanya dia mbak 🙂
van klo lu ke ujung kulon lagi konvermasi aje gw y.
gw anak”kapal wisata ujung kulon.
pon aje ksni
085716557165